arsitektur

Thursday, October 19, 2017

makalah ilmu akhlak, menelaah generasi terbaik 3 abad pertama



KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah Ilmu Akhlak dengan judul “Menelaah gerasi terbaik dalam bidang akhlak” Tidak lupa juga kami panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.
Di dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai kisah-kisah akhlak generasi terbaik  agar umat islam dapat meneladaninya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyakkekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dansaran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaanpembuatan makalah pada waktu dan kesempatan berikutnya.



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR--------------------------------------------------------------------------------------------I
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------------------------------II
BAB I PENDAHULUAN-----------------------------------------------------------------------------------------1
A.     Latar  Belakang  Masalah-------------------------------------------------------------------------------1
B.     Rumusan  Masalah---------------------------------------------------------------------------------------1
BAB II PEMBAHASAN-----------------------------------------------------------------------------------------2
A.     Akhlak Rasulullah SAW--------------------------------------------------------------------------------2
B.     Akhlak Khulafaurrasyidin------------------------------------------------------------------------------4
C.     Akhlak Para Tabi’in-------------------------------------------------------------------------------------8
D.     Akhlak Para Tabi’ut Tabi’in---------------------------------------------------------------------------10
BAB III PENUTUP-----------------------------------------------------------------------------------------------12
A.     Kesimpulan ----------------------------------------------------------------------------------------------12
B.     Saran ------------------------------------------------------------------------------------------------------12
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------------------------------------13







BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar belakang masalah
Ilmu akhlak ialah ilmu yang mempelajari kehendak manusia yang biasa dilakukan dan menentukan baik buruknya seseorang. Dan menentukan baik buruknya seseorang dapat dilihat dari akhlak yang dimilikinya.

       Dan ilmu akhlak sangat berguna bagi mahasiswa – mahasiswi yang   nantinya berperan  terhadap perkembangan akhlak generasi bangsa.
Oleh karena itu, didalam makalah ini kami akan membahas tentang bagaimana akhlak yang telah diterapkan pada masa generasi terbaik islam  yang diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran ilmu akhlak.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana akhlak kehidupan Rasulullah SAW ?
2.      Bagaimana akhlak kehidupan para khulafaurrasyidin ?
3.      Bagaimana akhlak kehidupan para tabi’in ?
4.      Bagaimana akhlak kehidupan tabi’ tabi’in ?




























BAB II
PEMBAHASAN

A.     Akhlak Rasulullah saw.
Nabi Muhammad SAW. adalah Nabi dan Rasul terakhir, suka dukanya sangat banyak. Sejak kecil beliau sudah yatim-piatu. Akhlaknya dipuji oleh semua orang, termasuk orang-orang kafir Quraisy. Beliau dijuluki sebagai Al-Amin, yaitu orang yang jujur dan terpecaya.
Nabi Muhammad SAW. adalah penyebar kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Beliau sangat pemaaf meskipun kepada orang yang telah menyakitinya. Bahkan, beliau menengok orang yang setiap hari meludahinya. Beliau pun orang yang tegas kepada orang kafir. Beliau menolak melakukan pengkhianatan kepada Allah SWT. meskipun diberi harta yang berlimpah.
Dalam 100 tokoh terkemuka di dunia, Nabi Muhammad SAW. menduduki peringkat pertama, sebagai orang paling berpengaruh di dunia. Beliau peletak dasar Negara Modern di Madinah yang merumuskan perjanjian yang adil dan demokratis di tengah-tengah masyarakat sukuistik dan pemeluk Yahudi dan Nasrani. Sebagai politisi, beliau dikagumi oleh para raja dan penguasa yang kafir. Beliau adalah pembela kaum fakir dan miskin yang memilih hidup dalam kefakiran dan kemiskinan.  Akhlak Nabi Muahammad SAW. sebagai ayah dari anak-anaknya, suami dan isitri-istrinya, komandan perang, baligh, imam, hakim, pedagang, petani, penggembala, dan sebagainya merupakan akhlak yang pantas diteladani. 
a.       Pemalu
Pemalu adalah sifat yang mendorong seseorang untuk menjauhi hal yang buruk dan menghalanginya untuk mengambil hak orang lain.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya : "Malu adalah sebagian dari iman dan iman itu di surga. Sedangkan sikap tidak sopan adalah bagian dari buruknya perangai, dan perangai yang buruk adalah di neraka."
Imam Malik meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid bin Thalhah bin Rukanah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya :"Semua agama mempunyai ajaran akhlak, dan akhlak dalam Islam adalah sifat malu."
Dalam kitab Akhlaaqun Nabi, al-Ashbahani meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Sa'id al-Khudri r.a berkata, "Rasulullah saw. lebih pemalu dari perawan yang dipingit, jika beliau tidak menyukai sesuatu kami dapat mengetahuinya dari raut wajah beliau."
b.      Menjaga Amanah, Memenuhi Janji, dan Jujur
Al-Kharaithi meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubadah bin Shamit r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya : "Kabulkanlah enam hal dariku, maka aku akan mengabulkan surga bagi kalian." Lalu para sahabat bertanya, "Apa enam hal tersebut wahai Rasulullah?" Rasulullah saw. menjawab, "Apabila kalian berbicara janganlah berdusta, jika berjanji janganlah tidak menepati, jika diberi amanah janganlah berkhianat dan jagalah mata kalian, kemaluan kalian serta tahanlah tangan kalian."
Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda yang artinya,
"Tiga hal ada dalam diri seorang munafik: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari dan jika diberi amanah ia berkhianat. Ia adalah seorang munafik walaupun menunaikan shalat, berpuasa dan mengaku sebagai seorang muslim."
c.       Pemaaf dan Tawadhu
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya : "Harta tidaklah berkurang karena disedekahkan, orang yang pemaaf akan semakin dimuliakan oleh Allah dan orang tawadhu akan diangkat derajatnya oleh-Nya."
Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Abdullah al-Jadali r.a berkata, "Suatu hari aku bertanya kepada Aisyah r.a tentang akhlak Nabi saw." Ia menjawab, "Beliau tidak pernah bersikap kasar, tidak pernah berteriak di pasar, dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi belaiau selalu memaafkan."
Al-Ashbahani meriwayatkan bahwa asy-Syifa' berkata, "Suatu hari aku mendatangi Rasulullah saw. untuk meminta sesuatu, lalu beliau meminta maaf kepadaku karena tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan kepadaku."
d.      Dermawan, Murah Hati, Rela Berkorban, dan Lapang Dada
Al-Baghawi dalam kitab Syarhus Sunnah meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya : "Allah azza wa jalla befirman, 'Bersedekahlah niscaya aku akan memberi sedekah kepadamu.' Sesungguhnya tangan Allah itu penuh, tidak berkurang dengan memberi nafkah kepada peminta-minta di malam hari dan di siang hari."
Al-Kharaithi meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubadah ibnush-Shamit r.a bahwa sesorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah, perbuatan apa yang paling utama ?"
Rasulullah menjawab, "Iman kepada Allah, membenarkan-Nya, dan jihad di jalan-Nya." Laki-laki tersebut berkata, "Saya ingin yang lebih ringan wahai Rasulullah." Rasulullah saw. pun menjawab, "Bersikap toleran dan sabar."
e.       Lemah Lembut, Penyayang, dan Penyabar
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jarir bin Abdullah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya : "Orang yang tidak mempunyai sikap lemah lembut tidakklah mempunyai kebaikan sama sekali."
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Asyaj Abdul Qais, yang artinya : "Engkau mempunyai dua sifat yang disukai Allah, yaitu penyabar dan toleran."
f.       Berlaku Adil Kepada Orang Lain
Al-Kharaithi meriwayatkan dengan sanadnya dari Amar bin Yasir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya : "Tidak sempurna iman seorang hamba hingga ia mempunyai tiga perilaku." Kemudian Amar bertanya, "Apa ketiga perilaku itu ?" Rasulullah saw. pun menjawab, "Memberi sedekah dalam keadaan susah, berlaku adil terhadap diri sendiri, dan menebarkan salam."

B.     Akhlak Khulafaur rasyidin
Khulafaurrasyidin adalah khalifah Rasulullah SAW, mereka berjumlah empat Orang, yaitu : sayyidina Abu Bakar Ash-shiddiq, sayyidina Umar Bin Khattab, sayyidina Utsman Bin Affan dan sayyidina Ali bin Abi Thalib, kesemuanya itu adalah orang-orang yang setia dengan Rasulullah di saat susah maupun senang, mereka sangat berakhlak mulia karena akhlak mereka meneladani akhlak nya Rasulullah SAW.
1.      Kisah Khalifah Abu Bakar ash-Shidiq ra. (11-13 H / 632-634 M)
              Ada seorang lelaki yang selalu membantu memerah susu dan memasak gandum di perkampungan Madinah. Laki-laki itu datang ke rumah-rumah para janda tua untuk membantu memerah susu kambing atau unta. Ia juga membantu anak-anak yatim memasak gandum menjadi roti. Sejak Abu Bakar ash-Shiddiq menjadi khalifah, laki-laki itu tidak pernah datang lagi.
            Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah. Ia memeluk agama Islam sejak Rasulullah mendakwahkan agama itu di Mekah. Sebagai seorang saudagar kaya, harta Abu Bakar banyak digunakan untuk perjuangan Islam. Ia membeli budak-budak yang disiksa majikannya karena ketahuan memeluk agama Islam. Budak-budak yang dibeli itu lalu dimerdekakan. Saat Rasulullah hijrah ke Madinah, Abu Bakar mengikuti beliau. Kemudian Abu Bakar menjadi khalifah sejak Rasulullah wafat.
Suatu hari ada seorang gadis kecil membawa wadah untuk menampung susu kambing. Ia mengeluh karena pekerjaan itu terlalu berat baginya.
“Orang yang selalu membantu memerah susu itu tidak datang lagi, ya Ummi!” katanya. “ Kalau dia datang, dia akan membantu kita memerah susu.”
“Sudahlah, kita kerjakan sendiri saja,” kata ibu anak itu.
Tak lama kemudian, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu rumah itu.
“Assalamu’alaikum!” orang itu mengucapkan salam.
“Waalaikumsalam!” seru gadis kecil itu seraya berlari ke pintu rumahnya.
Si gadis kecil membuka pintu. Ia melihat laki-laki pemerah susu itu berdiri di depan rumahnya. Laki-laki pemerah susu itulah yang mengucapkan salam.
“Mari kuperahkan susu kambingmu, Nak,” kata laki-laki itu.
Si gadis kecil melonjak gembira. Pemerah susu itu datang lagi untuk memerahkan susu kambingnya.
“Ummi! Pemerah susu itu datang lagi!” seru gadis kecil itu. Ibunya bergegas keluar. Ia terkejut melihat pemerah susu itu.
“Celaka kau, anakku!” serunya. “Kau tidak tahu siapa tamu ini?”
“Dia pemerah susu yang selalu membantu kita, Ummi!”
“Dia orang yang mulia, anakku. Dialah Khalifah Abu Bakar!”
Memang benar, orang itu adalah Khalifah Abu Bakar. Dialah kepala negara dan pemimpin umat Islam. Dialah yang dulu selalu memerah susu dan memasak gandum untuk membantu para janda tua dan anak yatim.
“Ya Amirul Mukminin,” kata ibu anak itu. “Maafkan anak perempuanku. Dia tidak tahu siapa engkau,”
“Tidak apa-apa, kata Khalifah Abu Bakar seraya tersenyum. “Anak itu telah menggambarkan aku dan amalku yang paling disukai Allah,”
Gadis kecil itu ketakutan. Pemerah susu yang selalu membantunya itu sekarang menjadi khalifah.
“ Mari Nak, kuperahkan susu kambingmu!” kata Khalifah Abu Bakar.
Khalifah Abu Bakar benar-benar memerahkan susu kambing di rumah itu. Lalu ia pergi ke rumah lainnya untuk memerah susu juga. Ia juga pergi ke rumah-rumah anak yatim untuk memasakkan gandum.
Khalifah Abu Bakar selalu melakukan itu meskipun dia telah menjadi kepala negara dan pemimpin umat Islam.
2.      Kisah Khalifah Umar bin Khattab ra. (13-23 H / 634-644 M)
Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Rasulullah yang istimewa. Bahkan, Keistimewaan beliau sudah terlihat sejak sebelum masuk Islam. Beliau adalah orang yang diharapkan keislamannya oleh Rasulullah.
Sebelum menjadi Islam, Umar adalah tokoh Quraisy yang sangat membenci Rasulullah. Umar menjadi kekuatan utama orang-orang Quraisy. Hingga Rasulullah berdoa, “Ya Allah, jadikan Islam ini kuat dengan masuknya Islam satu dengan kedua orang ini. Umar bin Khattab dan Amr bin Hisham.”
Doa Rasulullah dikabulkan Allah. Umar bin Khattab masuk Islam. Setelah itu, Umar bin Khattab selalu mendampingi Rasulullah melawan musuh-musuh Islam. Hingga saatnya, beliau diangkat menjadi khalifah kedua, setelah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sebagai khalifah, Umar bin Khattab sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya. Salah satunya adalah kisah tentang Umar bin Khattab yang memanggul karung beras.
Suatu malam, Umar bin Khattab berjalan-jalan untuk melihat keadaan rakyatnya. Bersama sahabatnya, Aslam, Khalifah Umar menuju suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi.
Tiba-tiba, Umar mendengar suara tangis seorang anak. Tangisan yang berkepanjangan itu datang dari sebuah kemah yang sudah rombeng. Umar bin Khattab dan Aslam bergegas mendekati kemah itu umtuk melihat kondisi penghuninya.
Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul dari panci itu. Sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.
“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.
“Wa’alaikumussalam,” jawab sang wanita.
“Bolehkah kami mendekat?” Tanya Umar lagi.
“Silahkan!” jawab wanita itu. Dia tak mengenali orang yang datang kepadanya adalah Khalifah Umar.
“Kenapa anak-anak itu menangis?” Umar menanyakan keadaan anak-anak si wanita.
“Mereka kelaparan. Mereka tidak mendapatkan makanan sehari ini,” jawabnya.
“Apa yang engkau masak di atas api itu?” Umar bertanya lagi.
“Kau lihatlah sendiri,” jawab wanita itu jelas.
Seketika, Umar bin Khattab terkejut. Ternyata wanita itu memasak batu.
“Engkau memasak batu, wahai ibu?” Tanya Khalifah Umar.
“Aku memasak batu, untuk menenangkan anak-anakku hingga mereka tertidur karena kelelahan menangis. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum. Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin.”
Ucapan wanita itu sangat menyentak hatinya. Umar pun segera keluar sambil menahan tangisnya.
Umar bin Khattab segera berlari pulang. Beliau langsung menuju gudang tempat penyimpanan gandum. Dikeluarkannya sekarung gandum dan satu ember daging. Lalu beliau berkata kepada Aslam, “Wahai Aslam, naikkan karung ini ke atas pundakku.”
“Tidak. Biar aku saja yang membawanya untukmu, wahai Amirul Mukminin,” kata Aslam.
“Tidak. Apakah engkau mau memikul dosaku kelak di hari kiamat?” kata Umar dengan tegas.
Aslam tak kuasa menolak permintaan Umar. Dia lalu mengangkat karung itu ke atas pundak Umar. Umar bergegas berjalan mendatangi kembali tempat wanita itu, sambil memanggul sekarung gandum.
Sesampai di tenda, Umar segera meletakkan karung gandum. Beliau lalu memasak gandumdan daging untuk sang wanita dan anak-anaknya tersebut.
“Bawa kesini piring-piring kalian!” kata Umar kepada sang wanita.
Umar lalu menuangkan makanan ke dalam piring-piring itu dan menghidangkannya kepada anak-anak wanita itu seraya berkata, “Makanlah!”
Anak-anak itu langsung memakannya. Mereka sangat menikmati makanan yang dihidangkan Umar bin Khattab hingga merasa kenyang.
Wanita itu pun sangat berterimakasih kepada Umar. Dia berdoa agar Allah member ganjaran
setimpal kepadanya.
Sebelum pergi, Umar berpesan kepada wanita tersebut untuk datang ke kota, menemui khalifah.
 “Datanglah menemui Khalifah Umar bin Khattab, karena dia akan membagikan santunan.”
Keesokan harinya, wanita itu pergi ke Madinah. Ketika wanita tersebut bertemu dengan Khalifah Umar, betapa terkejutnya dia. Ternyata orang yang memanggul dan memasak gandum tadi malam adalah Khalifah Umar bin Khattab.
3.      Kisah Khalifah Utsman bin Affan ra.
Utsman bin Affan adalah sahabat Rasulullah yang istimewa. Beliau tergolong orang yang pertama masuk Islam, dan sahabat yang dijamin masuk jannah. Beliau menjadi khalifah ketiga, menggantikan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Beliau juga dikenal sebagai seorang yang kaya raya, namun sangat dermawan.
Utsman bin Affan terkenal dengan kedermawanannya. Beliau gemar bersedekah. Membantu kaum muslimin yang membutuhkan. Juga membantu perjuangan dan dakwah Rasulullah Saw. Keislaman Utsman bin Affan menjadi berkah bagi umat Islam masa itu.
Tahun kesembilan hijriah, Rasulullah dan kaum muslimin bersiap menghadapi perang Tabuk. Perang Tabuk adalah perang kaum muslimin melawan pasukan Romawi. Waktu itu, pasukan Romawi dikabarkan bersiap menyerang kaum muslimin. Maka Rasulullah pun menyiapkan pasukannya.
Rasulullah membutuhkan berbagai perlengkapan, perbekalan, dan orang-orang untuk menjadi prajurit. Tetapi, ternyata kaum muslimin kekurangan perbekalan. Banyak orang yang ingin ikut berperang, tetapi ditolak oleh Rasulullah karena kekurangan perbekalan. Mereka pun terpaksa kembali dengan mata yang berlinang. Sedih tak bisa ikut berjuang.
Pada saat itulah, Rasulullah naik ke atas mimbar. Beliau menganjurkan umat Islam untuk mengerahkan segala kemampuan mereka dan menjanjikan mereka dengan balasan yang besar.
Mengetahui kaum muslimin dalam kesulitan, segera Utsman berdiri dan berkata kepada Rasulullah, “Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Kemudian Rasulullah turun satu anak tangga dari mimbarnya. Beliau terus mengajak umat Islam untuk menyumbangkan apa yang mereka punya. Maka, untuk kedua kalinya Utsman berdiri dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi, lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Wajah Rasulullah menjadi cerah. Beliau turun satu anak tangga lagi dari mimbar, dan terus menyerukan umat Islam untuk mengerahkan segala yang mereka miliki. Utsman berdiri lagi untuk ketiga kalinya dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Rasulullah pun menunjuk kearah Utsman, sambil tersenyum gembira. Beliau bersabda, “Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan!”
Dan sebelum Rasulullah Saw. turun dari mimbarnya, Utsman berlari pulang ke rumah. Ia segera mengirimkan semua unta yang dijanjikannya ditambah dengan 1000 dinar emas.
Utsman segara meletakkan uang emas dipangkuan Rasulullah. Rasulullah menerimanya, seraya bersabda, “Semoga Allah Swt. akan mengampunimu, ya Utsman, atas sedekah yang kau berikan secara terang-terangan maupun sembunyi. Semoga Allah juga akan mengampuni segala sesuatu yang ada pada dirimu, dan apa yang telah Ia ciptakan hingga terjadinya hari kiamat.”
Utsman bin Affan selalu peduli dengan kesulitan orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa-apa kecuali ridha Allah swt.
4.      Kisah khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abu Thalib, beliau pernah kehilangan baju besinya yang terjatuh dari kuda miliknya. Setelah dicari kemana-mana, ternyata baju besi itu sudah berada di tangan seorang yahudi. Akan tetapi, setelah diminta, orang yahudi itu tetap mempertahankan baju besi tersebut dan mengakuinya sebagai miliknya sendiri. Meski Ali bin Abu Thalib pada saat itu sebagai orang nomor satu kaum muslimin, namun tidak begitu saja mengambil paksa baju besi miliknya yang hilang. Beliau disitu sebagai penuntut dan disuruh menyiapkan 2 orang saksi. Hakim pun menyuruhnya demikian.
            Akhirnya beliaupun menyiapkan 2 orang saksi yaitu seorang pembantunya dan Hasan, anaknya sendiri. Akan tetapi hakim hanya dapat menerima kesaksian dari pembantu Ali, dan tidak dapat menerima kesaksian dari Hasan karena adanya hubungan dekat dengan Khalifah Ali r.a, yaitu antara anak dengan orang tua.
              Maka, hakim akhirnya memutuskan bahwa orang yahudi tersebut memenangkan perkara tersebut. Dan Khalifah Ali r.a pun menerima dengan lapang dada apa yang telah menjadi keputusan dari hakim tersebut.
              Dalam kasus tersebut, apa yang dilakukan oleh hakim dan Khalifah Ali r.a sebagai pemimpin negara menunjukkan betapa mulianya ajaran Islam dalam masalah hukum dan keadilan. Dalam Islam, keadilan tidak boleh memandang hubungan kekerabatan maupun agama. Begitu juga dengan Allah SWT, Dia akan menghukum siapa saja tanpa pandang bulu, seandainya orang tersebut memang benar-benar bersalah. Allah SWT tidak memandang pangkat, rupa dan status sosial seseorang, tetapi Allah SWT melihat seseorang itu dari bagaimana perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia.
            Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya orang yahudi tersebut mengakui bahwa baju besi itu memang kepunyaan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang ditemukannya di jalan. Setelah melapor kepada Sang Khalifah, baju besi tersebut akhirnya dikembalikan sekaligus orang yahudi tersebut menyatakan diri masuk Islam.

C.     Akhlak Para Tabi’in
Tabi'in (Arab: التابعون‎, pengikut), adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad. Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi, bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup. Tabi'in merupakan murid Sahabat Nabi.
Masa Tabi'in dimulai sejak wafatnya Sahabat Nabi terakhir, Abu Thufail al-Laitsi, pada tahun 100 H (735 M) di kota Mekkah; dan berakhir dengan wafatnya Tabi'in terakhir, Khalaf bin Khulaifat, pada tahun 181 H (812 M)
Di bawah ini adalah daftar beberapa tokoh Tabi'in yang ternama:
1.      Abu Hanifah
2.      Al-Hasan al-Bashri
3.      Ali bin al-Husain Zainal Abidin
4.      'Alqamah bin Qais an-Nakha'i
5.      Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar ash-Shiddiq
6.      Ibnu Abi Mulaikah
7.      Muhammad bin al-Hanafiyah
8.      Muhammad bin Sirin
9.      Muhammad bin Syihab az-Zuhri
10.  Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab
11.  Said bin al-Musayyib
12.  Rabi'ah ar-Ra'yi
13.  Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud
14.  Umar bin Abdul Aziz
15.  Urwah bin az-Zubair
16.  Uwais al-Qarni



a.       Kisah Imam Abu Hanifah
Imam Hanafi lebih terkenal dengan sebutan Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit. Suatu hari beliau bertemu dengan seorang anak kecil miskin sedang berjalan memakai sepatu yang terbuat dari kayu.
”Hati-hati, Nak, dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai engkau tergelincir,” kata imam Hanafi menasehati.
Sang bocahpun tersenyum, sembari mengucapkan terima kasih. Lantas iapun bertanya. "Tuan, bolehkah saya tahu namamu?"
”Nu’man,” Jawab sang imam
”Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a‘dham (imam agung) itu?” Jawab sang bocah menimpali.
”Nak, bukan aku yang menyematkan gelar itu, melainkan masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku,” Jawab Imam Hanafi.
"Wahai sang Imam, hati-hati dengan gelarmu itu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara dia. Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya,” Kata anak kecil yang memakai sepatu kayu tersebut.
Imam hanafi pun menangis. Beliau merasa bersyukur masih ada yang mengingatkannya. Bahkan tidak disangka-sangka peringatan itu datang dari lidah anak kecil yang masih polos.
Ada tiga hal yang bisa kita ambil hikmahnya :
Pertama, beliau seorang imam besar yang memiliki ilmu tinggi, namun ketika peringatan itu datang dari seorang anak kecil, beliaupun menerimanya dengan menangis memohon ampun dan bersyukur kepada Allah, SWT karena telah diperingatkan melalui lidah si anak itu. Lantas, beliau pun tidak memarahi si anak tersebut dan juga tidak merasa gengsi. Beliau tetap rendah hati.  Justru beliau tersungkur menangis karena apa yang dikatakan anak kecil itu benar adanya.
Hikmah kedua adalah terkait gelar yang disandangnya. Semua itu akan dipertanggungjawabkan kelak kepada yang maha kuasa. Ketika seseorang yang diberikan gelar oleh masyarakat sebagai ustad, guru ngaji, dan apapun itu, pada hakekatnya akan ada banyak godaan syaitan yang bisa menjerumuskan atau menggelincirkan itu ke dalam neraka. Godaan tersebut bisa berbentuk halus tidak terlihat misal rasa sombong, ujub, merasa paling hebat dan lain sebagainya. Analogi yang mudah dan dapat kita rasakan ketika kita mengendarai sebuah mobil mewah dibandingkan ketika menaiki sepeda. Apa yang dirasakan? Bagi yang terjerumus hawa nafsu maka, orang yang menaiki mobil mewah itu akan cenderung tergelincir kedalam sifat sombong, merasa keren dan hebat. Padahal sejatinya yang hebat hanyalah Allah, SWT. Berbeda dengan yang menaiki sepeda, tentu akan terasa lain.
Hikmah ketiga adalah tidak hanya berkaitan dengan gelar. Orang-orang yang di beri rezeki oleh Allah, SWT seperti pangkat, jabatan dan kedudukan juga bisa menggelincirkan manusia ke lembah hitam. Fenomena demikian telah banyak terjadi di sekeliling kita. Semakin tinggi suatu pohon, maka akan semakin kencang angin yang menerpanya sehingga ini bisa menggoyahkan bahkan merobohkan pohon tersebut.


D.     Akhlak para Tabi’ut Tabi’in
Tabi'ut Tabi'in atau Atbaut Tabi'in (Arab: التابعين تابع ‎) adalah generasi setelah Tabi'in, artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut Tabi'in adalah di antara tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi'in dan Shahabat. Tabi'ut Tabi'in disebut juga murid Tabi'in. Menurut banyak literatur Hadis : Tabi'ut Tabi'in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi'in dan sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga yang menulis bahwa Tabi'in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya. Karena Tabi'in yang terahir wafat sekitar 110-120 Hijriah
Ulama Tabi'ut tabi'in lainnya
1.      Ja'far al-Sadiq
2.      al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (w. 108 H)
3.      Sufyan al-Tsauri (97–161 H)
4.      Sufyan bin ‘Uyainah (107-198 H)
5.      Al-Auza'i (w. 158 H)
6.      Al-Laits bin Saad
7.      Abdullah bin Al-Mubarak
8.      Waki'
9.      Abdurrahman bin Mahdi
10.  Yahya bin Said Al-Qathan
11.  Yahya bin Ma'in
12.  Ali bin Al-Madini.

a.       Kisah Sufyan al-Tsauri (97–161 H)
Pada suatu tahun, Imam Sufyan Ats Tsauri -rahimahullah- hendak pergi pergi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Namun beliau tak memiliki biaya sama sekali.
Karena niat sudah kuat, beliau pun datang ke berbagai tempat untuk mendapatkan pekerjaan yang upahnya nanti bisa dipakai untuk biaya perjalanan haji. Hingga akhirnya beliau sampai kepada salah seorang pemilik kawanan unta.
Tidak seperti zaman sekarang, di mana seorang ulama akan dikenal karena wajahnya sering keluar masuk televisi dan media, sang pemilik unta ini tidak mengenal Imam Sufyan yang datang kepadanya. Lagi pula, ia pun bukan seorang penuntut ilmu agama, jadi ia tidak mengenali orang yang sedang dihadapanya.
Akhirnya Imam Sufyan Ats Tsauri menghadap sang pemilik unta dan berkata:
"Wahai saudara, bolehkah aku bekerja kepadamu menggembala unta? Yang penting aku bisa ikut kafilahmu pergi ke kota Mekkah."
Pemilik unta itu menjawab:
"Sesungguhnya pekerjaan menggembala sudah ada yang mengerjakannya (lowongan sudah penuh). Tapi jika kau bisa membuat roti, boleh saja."
Sebenarnya Imam Sufyan Ats Tsauri tidak punya kemampuan untuk membuat roti, tetapi karena keinginan keras beliau untuk berangkat haji, mulailah beliau berlatih membuat roti. Dan akhirnya beliau diizinkan berangkat bersama kafilah itu ke Mekkah.
Suatu ketika, roti yang dibuat beliau gosong dan tak bisa dimakan. Pemilik unta itu pun marah-marah hingga menempeleng Imam Sufyan Ats-Tsauri. Lihatlah, seorang imam dan ulama besar di zamannya ditempeleng oleh penggembala unta. Tapi apa reaksi beliau? Imam Sufyan Ats-Tsauri tidak lantas membuka identitasnya atau berkata: "Kau tak tahu siapa saya wahai penggembala unta?" Sama sekali tidak! Beliau hanya diam saja.
Sesampainya kafilah itu di Mekkah, orang-orang yang melihat kedatangan Imam Sufyan Ats Tsauri, berduyun-duyun mengerumuni beliau. Mereka mengelilingi Imam Sufyan Ats Tsauri untuk bertanya permasalahan agama.
Penggembala unta pun melihat penuh keheranan. Dia pun bertanya kepada orang-orang tentang siapakah gerangan orang tersebut, dan ia juga bercerita kalau dia pernah menempelengnya karena gosong membuat roti.
Orang-orang itu menjawab: "Kamu tidak tahu? Dia adalah Imam Sufyan Ats-Tsauri. Seluruh dunia tahu beliau adalah ulama besar di zaman ini."
Akhirnya penggembala ini menerobos barisan dan berkata kepada Imam Sufyan Ats-Tsauri:
"Wahai Imam, mengapa engkau tidak bilang bahwasanya engkau ini adalah Imam Sufyan Ats-Tsauri? Sungguh aku meminta maaf karena telah menempelengmu."
Alih-alih membalas dan mempermalukannya, Imam Sufyan Ats Tsauri justru menjawab:
"Tidak. Engkau telah berbuat benar. Orang yang telah menghanguskan roti pantas untuk ditempeleng." katanya sambil tersenyum.


















BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

Nabi Muhammad SAW adalah sumber dari akhlak yang sempurna sehingga para pengikutnya yang benar-benar taat pun mewarisi akhlaknya, mulai dari sahabat-sahabat kemudian diikuti pula oleh para tabi’in dan tabi’ tabi’in. Bahkan sampai hari ini pun  para aulia yang benar benar taat pun mewarisi akhlaknya.
            Jadi, sudah sepatutnya akhlak mereka menjadi suri tauladan bagi seluruh umat islam pada umumnya, karena hanya dengan cara demikianlah umat islam yang hidup dizaman penuh fitnah ini akan merasakan kedamaian dan ketentraman.

B.     Saran
Pada zaman yang modern dan serba canggih ini, manusia dapat dengan mudah bergaul dengan banyak orang dengan latar belakang yang berbeda. Dengan adanya mata kuliah Ilmu Akhlak ini diharapkan dapat membantu mahasiswa-mahasiswi dalam membentengi diri agar tidak tergolong manusia yang berakhlak tercela.




















DAFTAR PUSTAKA
2.      Majalah Adzkia edisi 90 / November 2013
3.      Majalah Adzkia edisi 91 / Desember 2013
4.      Wikipedia














No comments:

Post a Comment

PERAN ARSITEK DALAM MENANGGAPI RESIKO BENCANA DIPERKOTAAN

PERAN ARSITEK DALAM PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN TANGGAP BENCANA Oleh : Ardiansyah (150701015) Aceh merupakan salah satu provinsi di...