KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah Ilmu Akhlak dengan judul “Menelaah gerasi
terbaik dalam bidang akhlak” Tidak lupa juga kami panjatkan shalawat serta
salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam, beserta
keluarganya, para sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu istiqomah sampai
akhir zaman.
Di
dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai kisah-kisah akhlak generasi terbaik
agar umat islam dapat meneladaninya.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyakkekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami.
Untuk itu kritik dansaran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaanpembuatan makalah pada waktu dan kesempatan berikutnya.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR--------------------------------------------------------------------------------------------I
DAFTAR
ISI-------------------------------------------------------------------------------------------------------II
BAB
I PENDAHULUAN-----------------------------------------------------------------------------------------1
A.
Latar Belakang
Masalah-------------------------------------------------------------------------------1
B.
Rumusan Masalah---------------------------------------------------------------------------------------1
BAB
II
PEMBAHASAN-----------------------------------------------------------------------------------------2
A.
Akhlak
Rasulullah
SAW--------------------------------------------------------------------------------2
B.
Akhlak
Khulafaurrasyidin------------------------------------------------------------------------------4
C.
Akhlak
Para
Tabi’in-------------------------------------------------------------------------------------8
D.
Akhlak
Para Tabi’ut Tabi’in---------------------------------------------------------------------------10
BAB
III
PENUTUP-----------------------------------------------------------------------------------------------12
A.
Kesimpulan
----------------------------------------------------------------------------------------------12
B.
Saran
------------------------------------------------------------------------------------------------------12
DAFTAR
PUSTAKA---------------------------------------------------------------------------------------------13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Ilmu
akhlak ialah ilmu yang mempelajari kehendak manusia yang biasa dilakukan dan
menentukan baik buruknya seseorang. Dan menentukan baik buruknya seseorang
dapat dilihat dari akhlak yang dimilikinya.
Dan ilmu akhlak sangat berguna bagi
mahasiswa – mahasiswi yang nantinya
berperan terhadap perkembangan akhlak
generasi bangsa.
Oleh
karena itu, didalam makalah ini kami akan membahas tentang bagaimana akhlak
yang telah diterapkan pada masa generasi terbaik islam yang diharapkan dapat membantu dalam
pembelajaran ilmu akhlak.
B.
Rumusan
masalah
1. Bagaimana akhlak kehidupan
Rasulullah SAW ?
2. Bagaimana akhlak kehidupan para
khulafaurrasyidin ?
3. Bagaimana akhlak kehidupan para
tabi’in ?
4.
Bagaimana
akhlak kehidupan tabi’ tabi’in ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akhlak Rasulullah saw.
Nabi Muhammad SAW. adalah Nabi
dan Rasul terakhir, suka dukanya sangat banyak. Sejak kecil beliau sudah
yatim-piatu. Akhlaknya dipuji oleh semua orang, termasuk orang-orang kafir
Quraisy. Beliau dijuluki sebagai Al-Amin, yaitu orang yang jujur dan terpecaya.
Nabi Muhammad SAW. adalah
penyebar kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Beliau sangat pemaaf
meskipun kepada orang yang telah menyakitinya. Bahkan, beliau menengok orang
yang setiap hari meludahinya. Beliau pun orang yang tegas kepada orang kafir.
Beliau menolak melakukan pengkhianatan kepada Allah SWT. meskipun diberi harta
yang berlimpah.
Dalam 100 tokoh terkemuka di
dunia, Nabi Muhammad SAW. menduduki peringkat pertama, sebagai orang paling
berpengaruh di dunia. Beliau peletak dasar Negara Modern di Madinah yang
merumuskan perjanjian yang adil dan demokratis di tengah-tengah masyarakat
sukuistik dan pemeluk Yahudi dan Nasrani. Sebagai politisi, beliau dikagumi
oleh para raja dan penguasa yang kafir. Beliau adalah pembela kaum fakir dan
miskin yang memilih hidup dalam kefakiran dan kemiskinan. Akhlak Nabi Muahammad SAW. sebagai ayah dari
anak-anaknya, suami dan isitri-istrinya, komandan perang, baligh, imam, hakim,
pedagang, petani, penggembala, dan sebagainya merupakan akhlak yang pantas
diteladani.
a. Pemalu
Pemalu adalah sifat yang
mendorong seseorang untuk menjauhi hal yang buruk dan menghalanginya untuk
mengambil hak orang lain.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dengan
sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya :
"Malu adalah sebagian dari iman dan iman itu di surga. Sedangkan sikap
tidak sopan adalah bagian dari buruknya perangai, dan perangai yang buruk
adalah di neraka."
Imam Malik meriwayatkan dengan
sanadnya dari Zaid bin Thalhah bin Rukanah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda,
yang artinya :"Semua agama mempunyai ajaran akhlak, dan akhlak dalam Islam
adalah sifat malu."
Dalam kitab Akhlaaqun Nabi,
al-Ashbahani meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Sa'id al-Khudri r.a berkata,
"Rasulullah saw. lebih pemalu dari perawan yang dipingit, jika beliau
tidak menyukai sesuatu kami dapat mengetahuinya dari raut wajah beliau."
b. Menjaga Amanah, Memenuhi Janji,
dan Jujur
Al-Kharaithi meriwayatkan dengan
sanadnya dari Ubadah bin Shamit r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang
artinya : "Kabulkanlah enam hal dariku, maka aku akan mengabulkan surga
bagi kalian." Lalu para sahabat bertanya, "Apa enam hal tersebut
wahai Rasulullah?" Rasulullah saw. menjawab, "Apabila kalian
berbicara janganlah berdusta, jika berjanji janganlah tidak menepati, jika
diberi amanah janganlah berkhianat dan jagalah mata kalian, kemaluan kalian
serta tahanlah tangan kalian."
Imam Ahmad dalam musnadnya
meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw.
bersabda yang artinya,
"Tiga
hal ada dalam diri seorang munafik: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji
ia mengingkari dan jika diberi amanah ia berkhianat. Ia adalah seorang munafik
walaupun menunaikan shalat, berpuasa dan mengaku sebagai seorang muslim."
c. Pemaaf dan Tawadhu
Imam Muslim meriwayatkan dengan
sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya :
"Harta tidaklah berkurang karena disedekahkan, orang yang pemaaf akan
semakin dimuliakan oleh Allah dan orang tawadhu akan diangkat derajatnya
oleh-Nya."
Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa
Abu Abdullah al-Jadali r.a berkata, "Suatu hari aku bertanya kepada Aisyah
r.a tentang akhlak Nabi saw." Ia menjawab, "Beliau tidak pernah
bersikap kasar, tidak pernah berteriak di pasar, dan tidak pernah membalas
keburukan dengan keburukan, akan tetapi belaiau selalu memaafkan."
Al-Ashbahani meriwayatkan bahwa
asy-Syifa' berkata, "Suatu hari aku mendatangi Rasulullah saw. untuk
meminta sesuatu, lalu beliau meminta maaf kepadaku karena tidak mempunyai
apa-apa untuk diberikan kepadaku."
d. Dermawan, Murah Hati, Rela
Berkorban, dan Lapang Dada
Al-Baghawi dalam kitab Syarhus
Sunnah meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw.
bersabda, yang artinya : "Allah azza wa jalla befirman, 'Bersedekahlah
niscaya aku akan memberi sedekah kepadamu.' Sesungguhnya tangan Allah itu
penuh, tidak berkurang dengan memberi nafkah kepada peminta-minta di malam hari
dan di siang hari."
Al-Kharaithi meriwayatkan dengan
sanadnya dari Ubadah ibnush-Shamit r.a bahwa sesorang datang kepada Rasulullah
saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah, perbuatan apa yang paling utama
?"
Rasulullah
menjawab, "Iman kepada Allah, membenarkan-Nya, dan jihad di jalan-Nya."
Laki-laki tersebut berkata, "Saya ingin yang lebih ringan wahai
Rasulullah." Rasulullah saw. pun menjawab, "Bersikap toleran dan
sabar."
e. Lemah Lembut, Penyayang, dan
Penyabar
Imam Muslim meriwayatkan dengan
sanadnya dari Jarir bin Abdullah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang
artinya : "Orang yang tidak mempunyai sikap lemah lembut tidakklah
mempunyai kebaikan sama sekali."
Imam Muslim meriwayatkan dengan
sanadnya dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Asyaj
Abdul Qais, yang artinya : "Engkau mempunyai dua sifat yang disukai Allah,
yaitu penyabar dan toleran."
f. Berlaku Adil Kepada Orang Lain
Al-Kharaithi meriwayatkan dengan
sanadnya dari Amar bin Yasir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, yang artinya
: "Tidak sempurna iman seorang hamba hingga ia mempunyai tiga
perilaku." Kemudian Amar bertanya, "Apa ketiga perilaku itu ?"
Rasulullah saw. pun menjawab, "Memberi sedekah dalam keadaan susah,
berlaku adil terhadap diri sendiri, dan menebarkan salam."
B. Akhlak Khulafaur rasyidin
Khulafaurrasyidin adalah khalifah
Rasulullah SAW, mereka berjumlah empat Orang, yaitu : sayyidina Abu Bakar
Ash-shiddiq, sayyidina Umar Bin Khattab, sayyidina Utsman Bin Affan dan
sayyidina Ali bin Abi Thalib, kesemuanya itu adalah orang-orang yang setia
dengan Rasulullah di saat susah maupun senang, mereka sangat berakhlak mulia
karena akhlak mereka meneladani akhlak nya Rasulullah SAW.
1. Kisah Khalifah Abu Bakar
ash-Shidiq ra. (11-13 H / 632-634 M)
Ada seorang lelaki yang selalu membantu
memerah susu dan memasak gandum di perkampungan Madinah. Laki-laki itu datang
ke rumah-rumah para janda tua untuk membantu memerah susu kambing atau unta. Ia
juga membantu anak-anak yatim memasak gandum menjadi roti. Sejak Abu Bakar
ash-Shiddiq menjadi khalifah, laki-laki itu tidak pernah datang lagi.
Abu
Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah. Ia memeluk agama Islam sejak
Rasulullah mendakwahkan agama itu di Mekah. Sebagai seorang saudagar kaya,
harta Abu Bakar banyak digunakan untuk perjuangan Islam. Ia membeli budak-budak
yang disiksa majikannya karena ketahuan memeluk agama Islam. Budak-budak yang
dibeli itu lalu dimerdekakan. Saat Rasulullah hijrah ke Madinah, Abu Bakar
mengikuti beliau. Kemudian Abu Bakar menjadi khalifah sejak Rasulullah wafat.
Suatu hari ada
seorang gadis kecil membawa wadah untuk menampung susu kambing. Ia mengeluh
karena pekerjaan itu terlalu berat baginya.
“Orang yang selalu membantu
memerah susu itu tidak datang lagi, ya Ummi!” katanya. “ Kalau dia datang, dia
akan membantu kita memerah susu.”
“Sudahlah, kita kerjakan sendiri
saja,” kata ibu anak itu.
Tak lama kemudian, tiba-tiba ada
seseorang yang mengetuk pintu rumah itu.
“Assalamu’alaikum!” orang itu
mengucapkan salam.
“Waalaikumsalam!” seru gadis
kecil itu seraya berlari ke pintu rumahnya.
Si gadis kecil membuka pintu. Ia
melihat laki-laki pemerah susu itu berdiri di depan rumahnya. Laki-laki pemerah
susu itulah yang mengucapkan salam.
“Mari kuperahkan susu kambingmu,
Nak,” kata laki-laki itu.
Si gadis kecil melonjak gembira.
Pemerah susu itu datang lagi untuk memerahkan susu kambingnya.
“Ummi! Pemerah susu itu datang
lagi!” seru gadis kecil itu. Ibunya bergegas keluar. Ia terkejut melihat
pemerah susu itu.
“Celaka kau, anakku!” serunya.
“Kau tidak tahu siapa tamu ini?”
“Dia pemerah susu yang selalu
membantu kita, Ummi!”
“Dia orang yang mulia, anakku.
Dialah Khalifah Abu Bakar!”
Memang benar, orang
itu adalah Khalifah Abu Bakar. Dialah kepala negara dan pemimpin umat Islam.
Dialah yang dulu selalu memerah susu dan memasak gandum untuk membantu para
janda tua dan anak yatim.
“Ya Amirul Mukminin,” kata ibu
anak itu. “Maafkan anak perempuanku. Dia tidak tahu siapa engkau,”
“Tidak apa-apa, kata Khalifah Abu
Bakar seraya tersenyum. “Anak itu telah menggambarkan aku dan amalku yang paling
disukai Allah,”
Gadis kecil itu ketakutan.
Pemerah susu yang selalu membantunya itu sekarang menjadi khalifah.
“ Mari Nak, kuperahkan susu
kambingmu!” kata Khalifah Abu Bakar.
Khalifah Abu Bakar benar-benar
memerahkan susu kambing di rumah itu. Lalu ia pergi ke rumah lainnya untuk
memerah susu juga. Ia juga pergi ke rumah-rumah anak yatim untuk memasakkan
gandum.
Khalifah Abu Bakar selalu
melakukan itu meskipun dia telah menjadi kepala negara dan pemimpin umat Islam.
2.
Kisah
Khalifah Umar bin Khattab ra. (13-23 H / 634-644 M)
Umar bin Khattab
adalah salah satu sahabat Rasulullah yang istimewa. Bahkan, Keistimewaan beliau
sudah terlihat sejak sebelum masuk Islam. Beliau adalah orang yang diharapkan
keislamannya oleh Rasulullah.
Sebelum menjadi
Islam, Umar adalah tokoh Quraisy yang sangat membenci Rasulullah. Umar menjadi
kekuatan utama orang-orang Quraisy. Hingga Rasulullah berdoa, “Ya Allah,
jadikan Islam ini kuat dengan masuknya Islam satu dengan kedua orang ini. Umar
bin Khattab dan Amr bin Hisham.”
Doa Rasulullah
dikabulkan Allah. Umar bin Khattab masuk Islam. Setelah itu, Umar bin Khattab
selalu mendampingi Rasulullah melawan musuh-musuh Islam. Hingga saatnya, beliau
diangkat menjadi khalifah kedua, setelah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sebagai khalifah,
Umar bin Khattab sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya. Salah satunya adalah
kisah tentang Umar bin Khattab yang memanggul karung beras.
Suatu malam, Umar
bin Khattab berjalan-jalan untuk melihat keadaan rakyatnya. Bersama sahabatnya,
Aslam, Khalifah Umar menuju suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di
tengah-tengah gurun yang sepi.
Tiba-tiba, Umar
mendengar suara tangis seorang anak. Tangisan yang berkepanjangan itu datang
dari sebuah kemah yang sudah rombeng. Umar bin Khattab dan Aslam bergegas mendekati
kemah itu umtuk melihat kondisi penghuninya.
Setelah dekat, Umar
melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api.
Asap mengepul dari panci itu. Sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi
panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.
“Assalamu’alaikum,” Umar memberi
salam.
“Wa’alaikumussalam,” jawab sang
wanita.
“Bolehkah kami mendekat?” Tanya
Umar lagi.
“Silahkan!” jawab wanita itu. Dia
tak mengenali orang yang datang kepadanya adalah Khalifah Umar.
“Kenapa anak-anak itu menangis?”
Umar menanyakan keadaan anak-anak si wanita.
“Mereka kelaparan. Mereka tidak
mendapatkan makanan sehari ini,” jawabnya.
“Apa yang engkau masak di atas
api itu?” Umar bertanya lagi.
“Kau lihatlah sendiri,” jawab
wanita itu jelas.
Seketika, Umar bin Khattab
terkejut. Ternyata wanita itu memasak batu.
“Engkau memasak batu, wahai ibu?”
Tanya Khalifah Umar.
“Aku memasak batu, untuk
menenangkan anak-anakku hingga mereka tertidur karena kelelahan menangis.
Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat apakah
kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum. Sungguh Umar bin Khattab tidak
pantas jadi pemimpin.”
Ucapan wanita itu sangat
menyentak hatinya. Umar pun segera keluar sambil menahan tangisnya.
Umar bin Khattab
segera berlari pulang. Beliau langsung menuju gudang tempat penyimpanan gandum.
Dikeluarkannya sekarung gandum dan satu ember daging. Lalu beliau berkata
kepada Aslam, “Wahai Aslam, naikkan karung ini ke atas pundakku.”
“Tidak. Biar aku saja yang
membawanya untukmu, wahai Amirul Mukminin,” kata Aslam.
“Tidak. Apakah engkau mau memikul
dosaku kelak di hari kiamat?” kata Umar dengan tegas.
Aslam tak kuasa menolak
permintaan Umar. Dia lalu mengangkat karung itu ke atas pundak Umar. Umar
bergegas berjalan mendatangi kembali tempat wanita itu, sambil memanggul
sekarung gandum.
Sesampai di tenda,
Umar segera meletakkan karung gandum. Beliau lalu memasak gandumdan daging
untuk sang wanita dan anak-anaknya tersebut.
“Bawa kesini piring-piring
kalian!” kata Umar kepada sang wanita.
Umar lalu
menuangkan makanan ke dalam piring-piring itu dan menghidangkannya kepada
anak-anak wanita itu seraya berkata, “Makanlah!”
Anak-anak itu
langsung memakannya. Mereka sangat menikmati makanan yang dihidangkan Umar bin
Khattab hingga merasa kenyang.
Wanita itu pun
sangat berterimakasih kepada Umar. Dia berdoa agar Allah member ganjaran
setimpal kepadanya.
Sebelum pergi, Umar
berpesan kepada wanita tersebut untuk datang ke kota, menemui khalifah.
“Datanglah menemui Khalifah Umar bin Khattab,
karena dia akan membagikan santunan.”
Keesokan harinya,
wanita itu pergi ke Madinah. Ketika wanita tersebut bertemu dengan Khalifah
Umar, betapa terkejutnya dia. Ternyata orang yang memanggul dan memasak gandum
tadi malam adalah Khalifah Umar bin Khattab.
3.
Kisah
Khalifah Utsman bin Affan ra.
Utsman bin Affan
adalah sahabat Rasulullah yang istimewa. Beliau tergolong orang yang pertama
masuk Islam, dan sahabat yang dijamin masuk jannah. Beliau menjadi khalifah
ketiga, menggantikan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Beliau juga dikenal
sebagai seorang yang kaya raya, namun sangat dermawan.
Utsman bin Affan
terkenal dengan kedermawanannya. Beliau gemar bersedekah. Membantu kaum
muslimin yang membutuhkan. Juga membantu perjuangan dan dakwah Rasulullah Saw.
Keislaman Utsman bin Affan menjadi berkah bagi umat Islam masa itu.
Tahun kesembilan
hijriah, Rasulullah dan kaum muslimin bersiap menghadapi perang Tabuk. Perang
Tabuk adalah perang kaum muslimin melawan pasukan Romawi. Waktu itu, pasukan
Romawi dikabarkan bersiap menyerang kaum muslimin. Maka Rasulullah pun
menyiapkan pasukannya.
Rasulullah
membutuhkan berbagai perlengkapan, perbekalan, dan orang-orang untuk menjadi
prajurit. Tetapi, ternyata kaum muslimin kekurangan perbekalan. Banyak orang
yang ingin ikut berperang, tetapi ditolak oleh Rasulullah karena kekurangan
perbekalan. Mereka pun terpaksa kembali dengan mata yang berlinang. Sedih tak
bisa ikut berjuang.
Pada saat itulah,
Rasulullah naik ke atas mimbar. Beliau menganjurkan umat Islam untuk
mengerahkan segala kemampuan mereka dan menjanjikan mereka dengan balasan yang
besar.
Mengetahui kaum
muslimin dalam kesulitan, segera Utsman berdiri dan berkata kepada Rasulullah,
“Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Kemudian Rasulullah
turun satu anak tangga dari mimbarnya. Beliau terus mengajak umat Islam untuk
menyumbangkan apa yang mereka punya. Maka, untuk kedua kalinya Utsman berdiri
dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lagi, lengkap dengan bekalnya, ya
Rasulullah!”
Wajah Rasulullah
menjadi cerah. Beliau turun satu anak tangga lagi dari mimbar, dan terus
menyerukan umat Islam untuk mengerahkan segala yang mereka miliki. Utsman
berdiri lagi untuk ketiga kalinya dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta
lagi lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Rasulullah pun
menunjuk kearah Utsman, sambil tersenyum gembira. Beliau bersabda, “Utsman
setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan!”
Dan sebelum
Rasulullah Saw. turun dari mimbarnya, Utsman berlari pulang ke rumah. Ia segera
mengirimkan semua unta yang dijanjikannya ditambah dengan 1000 dinar emas.
Utsman segara
meletakkan uang emas dipangkuan Rasulullah. Rasulullah menerimanya, seraya
bersabda, “Semoga Allah Swt. akan mengampunimu, ya Utsman, atas sedekah yang
kau berikan secara terang-terangan maupun sembunyi. Semoga Allah juga akan
mengampuni segala sesuatu yang ada pada dirimu, dan apa yang telah Ia ciptakan
hingga terjadinya hari kiamat.”
Utsman bin Affan
selalu peduli dengan kesulitan orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa-apa
kecuali ridha Allah swt.
4.
Kisah
khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa
pemerintahan Khalifah Ali bin Abu Thalib, beliau pernah kehilangan baju besinya
yang terjatuh dari kuda miliknya. Setelah dicari kemana-mana, ternyata baju
besi itu sudah berada di tangan seorang yahudi. Akan tetapi, setelah diminta,
orang yahudi itu tetap mempertahankan baju besi tersebut dan mengakuinya
sebagai miliknya sendiri. Meski Ali bin Abu Thalib pada saat itu sebagai orang
nomor satu kaum muslimin, namun tidak begitu saja mengambil paksa baju besi
miliknya yang hilang. Beliau disitu sebagai penuntut dan disuruh menyiapkan 2
orang saksi. Hakim pun menyuruhnya demikian.
Akhirnya beliaupun menyiapkan 2 orang
saksi yaitu seorang pembantunya dan Hasan, anaknya sendiri. Akan tetapi hakim
hanya dapat menerima kesaksian dari pembantu Ali, dan tidak dapat menerima
kesaksian dari Hasan karena adanya hubungan dekat dengan Khalifah Ali r.a,
yaitu antara anak dengan orang tua.
Maka, hakim akhirnya memutuskan
bahwa orang yahudi tersebut memenangkan perkara tersebut. Dan Khalifah Ali r.a
pun menerima dengan lapang dada apa yang telah menjadi keputusan dari hakim
tersebut.
Dalam kasus tersebut, apa yang
dilakukan oleh hakim dan Khalifah Ali r.a sebagai pemimpin negara menunjukkan
betapa mulianya ajaran Islam dalam masalah hukum dan keadilan. Dalam Islam,
keadilan tidak boleh memandang hubungan kekerabatan maupun agama. Begitu juga
dengan Allah SWT, Dia akan menghukum siapa saja tanpa pandang bulu, seandainya
orang tersebut memang benar-benar bersalah. Allah SWT tidak memandang pangkat,
rupa dan status sosial seseorang, tetapi Allah SWT melihat seseorang itu dari
bagaimana perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia.
Seiring berjalannya waktu, pada
akhirnya orang yahudi tersebut mengakui bahwa baju besi itu memang kepunyaan
Khalifah Ali bin Abi Thalib yang ditemukannya di jalan. Setelah melapor kepada
Sang Khalifah, baju besi tersebut akhirnya dikembalikan sekaligus orang yahudi
tersebut menyatakan diri masuk Islam.
C.
Akhlak
Para Tabi’in
Tabi'in (Arab: التابعون,
pengikut), adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi
dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad. Usianya tentu saja lebih muda
dari Sahabat Nabi, bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa
Sahabat masih hidup. Tabi'in merupakan murid Sahabat Nabi.
Masa Tabi'in
dimulai sejak wafatnya Sahabat Nabi terakhir, Abu Thufail al-Laitsi, pada tahun
100 H (735 M) di kota Mekkah; dan berakhir dengan wafatnya Tabi'in terakhir, Khalaf
bin Khulaifat, pada tahun 181 H (812 M)
Di bawah ini adalah
daftar beberapa tokoh Tabi'in yang ternama:
1.
Abu
Hanifah
2.
Al-Hasan
al-Bashri
3.
Ali
bin al-Husain Zainal Abidin
4.
'Alqamah
bin Qais an-Nakha'i
5.
Al-Qasim
bin Muhammad bin Abi Bakar ash-Shiddiq
6.
Ibnu
Abi Mulaikah
7.
Muhammad
bin al-Hanafiyah
8.
Muhammad
bin Sirin
9.
Muhammad
bin Syihab az-Zuhri
10. Salim bin Abdullah bin Umar bin
Khattab
11. Said bin al-Musayyib
12. Rabi'ah ar-Ra'yi
13. Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah
bin Mas'ud
14. Umar bin Abdul Aziz
15. Urwah bin az-Zubair
16. Uwais al-Qarni
a.
Kisah
Imam Abu Hanifah
Imam Hanafi lebih
terkenal dengan sebutan Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit. Suatu hari beliau
bertemu dengan seorang anak kecil miskin sedang berjalan memakai sepatu yang
terbuat dari kayu.
”Hati-hati, Nak,
dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai engkau tergelincir,” kata imam Hanafi
menasehati.
Sang bocahpun tersenyum, sembari
mengucapkan terima kasih. Lantas iapun bertanya. "Tuan, bolehkah saya tahu
namamu?"
”Nu’man,” Jawab sang imam
”Jadi, Tuan lah yang selama ini
terkenal dengan gelar al-imam al-a‘dham (imam agung) itu?” Jawab sang bocah
menimpali.
”Nak, bukan aku yang menyematkan
gelar itu, melainkan masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar
itu kepadaku,” Jawab Imam Hanafi.
"Wahai sang Imam, hati-hati
dengan gelarmu itu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara dia.
Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu
dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan
keangkuhan menyertainya,” Kata anak kecil yang memakai sepatu kayu tersebut.
Imam hanafi pun
menangis. Beliau merasa bersyukur masih ada yang mengingatkannya. Bahkan tidak
disangka-sangka peringatan itu datang dari lidah anak kecil yang masih polos.
Ada tiga hal yang
bisa kita ambil hikmahnya :
Pertama, beliau
seorang imam besar yang memiliki ilmu tinggi, namun ketika peringatan itu
datang dari seorang anak kecil, beliaupun menerimanya dengan menangis memohon
ampun dan bersyukur kepada Allah, SWT karena telah diperingatkan melalui lidah si
anak itu. Lantas, beliau pun tidak memarahi si anak tersebut dan juga tidak
merasa gengsi. Beliau tetap rendah hati.
Justru beliau tersungkur menangis karena apa yang dikatakan anak kecil
itu benar adanya.
Hikmah kedua adalah
terkait gelar yang disandangnya. Semua itu akan dipertanggungjawabkan kelak
kepada yang maha kuasa. Ketika seseorang yang diberikan gelar oleh masyarakat
sebagai ustad, guru ngaji, dan apapun itu, pada hakekatnya akan ada banyak
godaan syaitan yang bisa menjerumuskan atau menggelincirkan itu ke dalam
neraka. Godaan tersebut bisa berbentuk halus tidak terlihat misal rasa sombong,
ujub, merasa paling hebat dan lain sebagainya. Analogi yang mudah dan dapat
kita rasakan ketika kita mengendarai sebuah mobil mewah dibandingkan ketika menaiki
sepeda. Apa yang dirasakan? Bagi yang terjerumus hawa nafsu maka, orang yang
menaiki mobil mewah itu akan cenderung tergelincir kedalam sifat sombong,
merasa keren dan hebat. Padahal sejatinya yang hebat hanyalah Allah, SWT.
Berbeda dengan yang menaiki sepeda, tentu akan terasa lain.
Hikmah ketiga
adalah tidak hanya berkaitan dengan gelar. Orang-orang yang di beri rezeki oleh
Allah, SWT seperti pangkat, jabatan dan kedudukan juga bisa menggelincirkan
manusia ke lembah hitam. Fenomena demikian telah banyak terjadi di sekeliling
kita. Semakin tinggi suatu pohon, maka akan semakin kencang angin yang
menerpanya sehingga ini bisa menggoyahkan bahkan merobohkan pohon tersebut.
D.
Akhlak
para Tabi’ut Tabi’in
Tabi'ut Tabi'in
atau Atbaut Tabi'in (Arab: التابعين تابع ) adalah generasi setelah Tabi'in,
artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para
Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut Tabi'in adalah di
antara tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi'in dan
Shahabat. Tabi'ut Tabi'in disebut juga murid Tabi'in. Menurut banyak literatur
Hadis : Tabi'ut Tabi'in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu atau
berguru pada Tabi'in dan sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga yang
menulis bahwa Tabi'in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya.
Karena Tabi'in yang terahir wafat sekitar 110-120 Hijriah
Ulama Tabi'ut tabi'in lainnya
1.
Ja'far
al-Sadiq
2.
al-Qasim
bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (w. 108 H)
3.
Sufyan
al-Tsauri (97–161 H)
4.
Sufyan
bin ‘Uyainah (107-198 H)
5.
Al-Auza'i
(w. 158 H)
6.
Al-Laits
bin Saad
7.
Abdullah
bin Al-Mubarak
8.
Waki'
9.
Abdurrahman
bin Mahdi
10. Yahya bin Said Al-Qathan
11. Yahya bin Ma'in
12. Ali bin Al-Madini.
a.
Kisah
Sufyan al-Tsauri (97–161 H)
Pada suatu tahun,
Imam Sufyan Ats Tsauri -rahimahullah- hendak pergi pergi ke Mekkah untuk
melaksanakan ibadah haji. Namun beliau tak memiliki biaya sama sekali.
Karena niat sudah
kuat, beliau pun datang ke berbagai tempat untuk mendapatkan pekerjaan yang
upahnya nanti bisa dipakai untuk biaya perjalanan haji. Hingga akhirnya beliau
sampai kepada salah seorang pemilik kawanan unta.
Tidak seperti zaman
sekarang, di mana seorang ulama akan dikenal karena wajahnya sering keluar
masuk televisi dan media, sang pemilik unta ini tidak mengenal Imam Sufyan yang
datang kepadanya. Lagi pula, ia pun bukan seorang penuntut ilmu agama, jadi ia
tidak mengenali orang yang sedang dihadapanya.
Akhirnya Imam
Sufyan Ats Tsauri menghadap sang pemilik unta dan berkata:
"Wahai saudara, bolehkah aku
bekerja kepadamu menggembala unta? Yang penting aku bisa ikut kafilahmu pergi
ke kota Mekkah."
Pemilik unta itu menjawab:
"Sesungguhnya pekerjaan
menggembala sudah ada yang mengerjakannya (lowongan sudah penuh). Tapi jika kau
bisa membuat roti, boleh saja."
Sebenarnya Imam Sufyan
Ats Tsauri tidak punya kemampuan untuk membuat roti, tetapi karena keinginan
keras beliau untuk berangkat haji, mulailah beliau berlatih membuat roti. Dan
akhirnya beliau diizinkan berangkat bersama kafilah itu ke Mekkah.
Suatu ketika, roti
yang dibuat beliau gosong dan tak bisa dimakan. Pemilik unta itu pun
marah-marah hingga menempeleng Imam Sufyan Ats-Tsauri. Lihatlah, seorang imam
dan ulama besar di zamannya ditempeleng oleh penggembala unta. Tapi apa reaksi
beliau? Imam Sufyan Ats-Tsauri tidak lantas membuka identitasnya atau berkata:
"Kau tak tahu siapa saya wahai penggembala unta?" Sama sekali tidak!
Beliau hanya diam saja.
Sesampainya kafilah
itu di Mekkah, orang-orang yang melihat kedatangan Imam Sufyan Ats Tsauri,
berduyun-duyun mengerumuni beliau. Mereka mengelilingi Imam Sufyan Ats Tsauri
untuk bertanya permasalahan agama.
Penggembala unta
pun melihat penuh keheranan. Dia pun bertanya kepada orang-orang tentang
siapakah gerangan orang tersebut, dan ia juga bercerita kalau dia pernah menempelengnya
karena gosong membuat roti.
Orang-orang itu
menjawab: "Kamu tidak tahu? Dia adalah Imam Sufyan Ats-Tsauri. Seluruh
dunia tahu beliau adalah ulama besar di zaman ini."
Akhirnya
penggembala ini menerobos barisan dan berkata kepada Imam Sufyan Ats-Tsauri:
"Wahai Imam, mengapa engkau
tidak bilang bahwasanya engkau ini adalah Imam Sufyan Ats-Tsauri? Sungguh aku
meminta maaf karena telah menempelengmu."
Alih-alih membalas
dan mempermalukannya, Imam Sufyan Ats Tsauri justru menjawab:
"Tidak. Engkau telah berbuat
benar. Orang yang telah menghanguskan roti pantas untuk ditempeleng."
katanya sambil tersenyum.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nabi
Muhammad SAW adalah sumber dari akhlak yang sempurna sehingga para pengikutnya
yang benar-benar taat pun mewarisi akhlaknya, mulai dari sahabat-sahabat
kemudian diikuti pula oleh para tabi’in dan tabi’ tabi’in. Bahkan sampai hari
ini pun para aulia yang benar benar taat
pun mewarisi akhlaknya.
Jadi,
sudah sepatutnya akhlak mereka menjadi suri tauladan bagi seluruh umat islam
pada umumnya, karena hanya dengan cara demikianlah umat islam yang hidup
dizaman penuh fitnah ini akan merasakan kedamaian dan ketentraman.
B.
Saran
Pada zaman yang
modern dan serba canggih ini, manusia dapat dengan mudah bergaul dengan banyak
orang dengan latar belakang yang berbeda. Dengan adanya mata kuliah Ilmu Akhlak
ini diharapkan dapat membantu mahasiswa-mahasiswi dalam membentengi diri agar
tidak tergolong manusia yang berakhlak tercela.
DAFTAR
PUSTAKA
2. Majalah
Adzkia edisi 90 / November 2013
3. Majalah
Adzkia edisi 91 / Desember 2013
4. Wikipedia
No comments:
Post a Comment