Makalah
AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU
D
I
S
U
U
N
OLEH
:
MUHAMMAD AL AFIF
RIFAR MANANI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
TAHUN
2017
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah Ilmu Akhlak dengan judul “AKHLAK DALAM
MENUNTUT ILMU” Tidak lupa juga kami panjatkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya,
para sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.
Di
dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai kisah-kisah akhlak generasi terbaik
agar umat islam dapat meneladaninya.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyakkekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami.
Untuk itu kritik dansaran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah pada waktu dan kesempatan berikutnya.
AKHLAK
DALAM MENUNTUT ILMU
BAB
I
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Akhlak
Kata
“akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat,
perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah
sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan
sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam
KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan.
1.2 Ilmu dalam Islam
Islam
adalah agama yang mengutamakan sebuah ilmu. Dalam islam diwajibkan untuk semua
individu muslim untuk menuntut ilmu. Selain belajar ilmu-ilmu yang bermaktub
Al-Qur’an dan sunnah seorang muslim juga dianjurkan untuk memplajari ilmu yang
bersifat kejadian alam maupun yang lainnya, dan akan menghasilkan ilmu ilmu
lain seperti ilmu astronomi, ilmu bumi, ilmu sosial. Selain itu dalam Al-Qur’an
Allah berfirman bahwa derajat orang yang berilmu sangat tinggi melebihi ‘abid
(Ahli Ibadah).
Keutamaan
disini dimaksudkan bahwa orang yang beribadah dengan ilmu dan orang yang
beribadah tanpa tahu ilmunya akan berbeda nilainya dari segi pahala yang
diperoleh. Allah beriman dalam surat Al-Maidah ayat 11: yang artinya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman siantaramu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.Setelah itu pada ayat ke 4-5 pada surat Al-Alaq: disamping
lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan bahwa dengan pena ilmu dapat
dicatat, dapat pula diartikan dengan sarana dan usaha.
Dari
ayat diatas kita dapat menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah SWT dalam
mengajarkan manusia, pertama melalui
pena (tulisan) yang harus dibaca oleh setiap manusia dan yang kedua melalui
pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara ini dikenal dengan Ilmu ladunni.
Allah
melengkapi menusia dengan pendengaran, penglihatan, akal dan hati. Jadi ilmu
dapat diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan, kemudian diproses dalam
pikiran, sedangkan hati untuk menimbang apakah ilmu itu dapat mendekatkan diri
pada Allah atau bahkan menjauhkan.
Segala
sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah dan petunjuk-petunjuk pada arah
tersebut adalah terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk
mendekatkan diri kepada Allah, jika tidak maka ilmu akan menjadi
penghalang besar.
Jadi
tujuan sebenarnya adalah bahwa ilmu itu untuk mendekatkan diri kepada Allah,
contohnya melalui ilmu tentang bumi, bagaimana langit diciptakan membuat kita
semakin menambah keimanan kita kepada Allah.
Al-Qur’an
juga menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai
kholifah. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT membekali manusia dengan
seperangkat potensi dalam diri, maksudnya berkemampuan menciptakan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya.
Fungsi
asasi hidup manusia adalah kholifah(wakil) Allah diatas alam ini untuk
menerjemahkan, menjabarkan sifat-sifat Allah yang maha tahu itu dalam batas
kemanusiaan.
1.3 Hukum Menuntut Ilmu
Apabila
kita memperhatikan isi Al-Qur’an dan sunnah, maka terdapatlah beberapa suruhan
yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk
menuntut ilmu agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas dan jauh dari
kabut kejahilan maupun kebodohan.
Menuntut
ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya,
melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist
Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“
Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari)
Dari
hadist ini kita memperoleh perngertian bahwa islam mewajibkan pemeluknya agar
menjadi orang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan jalan
kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala
pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan
‘aqaid dan ibadah, baik yang berhubungan soal-soal keduniaan dan segala
kebutuhan hidup.
Ilmu
yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara’. Hukum perintah menuntut
ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalanya wajib kifayah. Sedangkan ilmu
yang wajib kifayah hukum mempelajarinya ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi
pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib
‘ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan
aqidah yang wajib dipercaya oleh seluruh muslimin dan yang perlu diketahui
untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya seperti sholat,
puasa, zakat, dan haji.
1.4 Dalil Tentang Menuntut Ilmu
Dalam
Al-Qur’an banyak sekali dalil tentang
keutamaan menuntut ilmu ini menunjukan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban
bagi umat manusia sejak lahir sampai mati. “ Allah akan mengangkat orang-orang
yang mempunyai ilmu diantara kamu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadallah:11)
Dari
ayat diatas jelaslah bahwasannya orang yang memiliki ilmu derajatnya lebih
tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berilmu. Kita sebagai kaum
muslimin juga tahu bahwasannya manusia diangkat sebagai kholifah dimuka bumi
ini dikarenakan pengetahuannya bukan
karena bentuk ataupun asal kejadiannya. Sementara itu dalam surat lain
Allah berfirman “ Katakanlah : “ Samakah orang-orang yang berilmu dan
orang-orang yang tidak berilmu” (QS. Az-Zumar : 9) jelas menyuruh manusia untuk
berfikir apakah kira-kira manusia yang berilmu dengan manusia yang tidak
berilmu itu sama.
Dengan
demikian jelaslah bahwa islam sangat memuliakan orang-orang yang berilmu bahkan
menganggap orang yang berilmu itu sebagai penerus Rosul, apa yang
disampaikannya akan menjadi penerangan jalan yang lurus, amalan orang yang
berilmu sama dengan amalan jihad.
Hukum
menuntut ilmu menjadi wajib, ketika mempelajarinya termasuk persiapan yang
Allah perintahkan dalam firmannya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apasaja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk
berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu
dan orang-orang lain selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya, apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibatasi dengan cukup padamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (QS.
Al-Anfaal : 60)
1.5 Keutamaan Menuntut Ilmu
Ilmu
merupakan sandi terpenting dari hikmah. Sebab itu, Allah memerintahkan manusia
agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata atau beramal. Firman Allah: “
Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak
ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.”
(QS. Muhammad :19)
Ilmu
sebelum berkata dan beramal. Sufyan bin Uyainah berkata: manusia paling bodoh
adalah yang membiarkan kebodohannya, manusia paling pandai adalah yang
mengandalkan ilmunya, sedangkan manusia paling utama adalah yang takut kepada
Allah.
Ibnu
Taimiyah membagi ilmu yang bermanfaat menjadi tiga bagian, yaitu:
· Ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya,
sifat-sifat-Nya, dan lain-lain, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat
Al-Ikhlas.
· Ilmu tentang persoalan-persoalan
masalalu yang dikabarkan Allah; persoalan-persoalan masa kini, dan
persoalan-persoalan masa mendatang, seperti yang dikabarkan dalam Al-Qur’an
yaitu ayat tentang kisah-kisah, janji-janji, ancaman, surga, neraka, dan
sebagainya.
· Ilmu tentang perintah Allah yang
berhubungan dengan hati dan anggota badan, seperti iman kepada Allah melalui
pengenalan hati serta amaliah anggota badan. Pemahaman ini bersumber pada
pengetahuan dasar-dasar iman dan kaidah-kaidah islam
Ilmu
merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang “Barang siapa yang Allah
menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama.”
(HR Bukhori dan Muslim)
Menuntut
ilmu merupakan jalan menuju surga, “Barang siapa yang menempuh suatu jalan
dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga.” (HR Muslim)
Malaikat
akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu, “Sesungguhnya para malaikat
benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya.” (HR
Ahmad dan Ibnu Majjah).
1.6 Menuntut Ilmu sebagai Ibadah
Dilihat
dari segi ibadah, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya,
Nabi muhammad SAW bersabda yang artinya:
“
Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang),
kemudian mempelajari satu ayat dari kitab Allah (Al-Qur’an), maka pahalanya
lebih baik daripada ibadah satu tahun.”
Mengapa
menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah? Karena amal
ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu akan
sia-sialah amalahnnya.
Syaikh
Ibnu Ruslan dalam hal ini menjelaskan dalam hadist yang artinya : “ Siapa saja
yang beramal (melaksanaka amal ibadah) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan
ditolak, yakni tidak diterima.”
1.7 Akhlak Muslim dalam Menuntut Ilmu
Allah
SWT berfirman yang artinya :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa
derajat.” (Al-Mujaadilah:11)
Di
dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju
kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan
berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan
ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia
menggapai kehidupan akhirat. Ada sebuah pepatah arab mengatakan :
“Uthlubu
al-’ilma min al-mahdi ila al-llahdi”
Artinya
:
“tuntutlah
ilmu dari buaiyan samapai keliang lahat.”
Allah
swt menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu karena ilmu itu memang sangatlah
penting seperti yang difirmankan allah swt pada ayat diatas dengan ilmu derajat
kita akan terangkat baik dimata allah ataupun dimata manusia. Baik atau buruk
nya sebuah ilmu bukan karena i8lmunya melainkan karena niat atau tujuan
sipemilik ilmu, Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau
dimiliki oleh orang jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok
atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa
digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau membelah ikan.
1.8 Akhlak yang Baik dalam Menuntut atau Mencari
Ilm
Di
bawah ini merupakan metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu
yang kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah :
a. Awali dengan niat yang benar, baik dan
ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho
Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan.
b. Selalu minta restu dan ridho orangtua.
c. Berhati-hati dalam memilih ilmu.
Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah,
karena aqidah yang benar merupakan pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang
akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari suasana hati. Ingatlah… bahwa
sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia.
Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk beribadah
kepada Allah dan berbuat kebaikan.
d. Belajar kepada guru yang terpercaya akan
keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada
belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi,
tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.
e. Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk
memikirkan alam semesta ini dan kejadian-kejadiannya, dalam rangka
meneguhkan/menguatkan keyakinan kita terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
f. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup.
Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani dengan kesholehan hati, maka setiap
pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur
kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam mengambil atau memetik pelajaran
dari pengalaman dan ujian hidup. Jikalau sudah memiliki ilmu maka kita
diwajibkan untuk mengamalkannya karena ini merupakan sebuah syarat dari
kesempurnaan kita dalam menuntut ilmu dan salah satu amalan yang tidak terputus
sampai kita mati adalah ilmu yang bermanfaat.
Sebagai
mana nabi kita Muhammad saw bersabda:
“Apabila
seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari
tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak
shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim ).
1.9 Adab Menuntut Ilmu
A. Murid kepada Guru
· menghormati dan memuliakan guru dan
keluarganya dengan tulus dan ikhlas
· tunduk dan patuh terhadap semua
perintah dan nasihat guru
· jujur dan setia bersama guru
· bersikap rendah hati, lembut dan
santun kepada guru.
· hendaknya memaafkan guru ketika beliau
melakukan suatu kesalahan
· tidak menjelek-jelekan dan tidak
memfitnah guru
· tidak menghianati dan tidak menyakiti
hati guru
· berusaha melayani guru dengan
sebaik-baiknya
· selalu berusaha menyenangkan hati guru
· memanggil guru dengan panggilan yang
disukainya
· berusaha menyukai apa yang disukai
oleh guru
. membiasakan
diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan kepada mereka
. tidak berjalan di depan guru ketika
berjalan bersamanya
· tidak terbahak-bahak di depan guru
· tidak meninggikan suara ketika
berbicara dengan guru
· selalu duduk dalam sikap sopan
· berusaha keras ( jihad ) dan tekad
membuat kemajuan bersama guru
Keberhasilan
dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si
penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata,
“aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf “.
Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau
kepada guru.
Khalifah
Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh
burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang
sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk
syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, “Wahai anakku, kenapa engkau
menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau
biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan
yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu.” Subhanallah… begitu tegas khalifah
mendidik anaknya agar hormat kepada guru.
B. Adab Murid kepada Murid
· menghormati dan memuliakan sesama
murid dengan tulus dan ikhlas
· hendaknya memberikan nasehat kepada
sesama murid dengan kerendahan hati dan bebas dari kesombongan ( amar ma’ruf
nahi munkar )
· selalu berbaik sangka kepada sesama
murid dan tidak mencari-cari keburukan mereka
· tidak menyakiti hati sesama murid
· hendaknya menerima permintaan maaf
sesama murid apabila mereka memintanya
· selalu membantu sesama murid dalam suka
maupun duka.
· bersikap rendah hati dan santun kepada
sesama murid
· tidak meminta menjadi pemimpin mereka,
hanya menjadi sesama saudara dengan mereka.
· Menghargai pendapat antara sesama murid
yang mungkin terjadi.
C. Adab Murid kepada Pelajaran.
· niat yang ikhlas karena Allah ketika
memulai belajar
· diniatkan bahwa belajar ( menuntut
ilmu ) itu untuk menghilangkan kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya
· menghormati dan memuliakan buku pelajaran (
kitab ) dengan tulus dan ikhlas
· menjaga kebersihan dan kerapihan buku
pelajaran ( kitab )
· meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di
tempat yang baik dan terhormat
· tekun dan kontinyu dalam memahami
pelajaran ( ilmu )
· membiasakan diri menghafal pelajaran
dan menjaga hafalan
· selalu menulis atau mencatat pelajaran
( ilmu ) yang diperoleh
· meneliti sumber dan isi pelajaran (
ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
· bersikap adil terhadap isi pelajaran (
ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
· menjauh kan sifat malu yang berlrbihan
dalam menunut ilmu.
1.10 Deskripsi orang yang akan dimudahkan
dalam menuntut ilmu
Beberapa
hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:
· taat beribadah, rajin bangun malam
untuk sholat tahajud dan tafakur.
· tidak berbuat maksiat
· memuliakan/menghormati guru (adab
murid kepada guru)
· memuliakan/menghormati sahabat (adab
murid kepada sesama murid)
· memuliakan/menghormati kitab/buku
(adab murid kepada pelajaran)
· sering bergaul/berdiskusi dengan ulama
(memuliakan ulama)
1.11 Akibat Tidak Lurusnya Niat dalam
Menuntut Ilmu
Berikut
ini akan saya paparkan beberapa hadits-hadits yang mengajak kita agar tetap
menjaga orientasi keilmuan seorang muslim dan merawat keikhlasan niat dalam
mencari ilmu.
· Mendapatkan Tempat di Neraka
Dari
Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
“Barangsiapa
yang menuntut ilmu untuk mendebat orang bodoh, atau berbangga di depan ulama,
atau mencari perhatian manusia kepadanya, maka dia di neraka.” (HR. Ibnu Majah
No. 253. At Tirmidzi No. 2654.)
Maksud
nya : Dia berniat untuk mencari kekayaan, kedudukan, dan perhatian orang awam
dan menjadikan mereka sebagai pelayan, atau supaya mereka memandang dirinya
jika dia berbicara karena kagum kepadanya, dan jika dia duduk orang-orang
mengelilinginya. (Hasyiaah As Sindi ‘Ala Ibni Majah)
· Tidak Mendapatkan Harum Surga
Dari
Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
“Barangsiapa
yang menuntut ilmu yang dengannya dia menginginkan wajah Allah, (tetapi) dia
tidak mempelajarinya melainkan karena kekayaan dunia, maka dia tidak akan
mendapatkan harumnya surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud No. 3664) [3]
· Tidak Mendapatkan Apapun di Akhirat
Dari
Ubay bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam
“Barangsiapa
diantara mereka beramal amalan akhirat
dengan tujuan dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian apa-apa di akhirat.”
(HR. Ahmad No. 20275. Ibnu Hibban No. 405)
· Kursi di Neraka
Dari
Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda :
“Barangsiapa
yang menuntut ilmu untuk selain Allah atau dia maksudkan dengannya selain
Allah, maka disediakan baginya kursi di neraka.” (HR. At Tirmidzi No. 2655,
katanya: hasan gharib)
DAFTAR
PUSTAKA
Hadisaputra
ihsan .1981.Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan
Pengalamannya . Surabaya ; Al – Ikhlas
http://putrariau02.blogspot.com/2013/04/akhlak-seorang-muslim-dalam-menuntut.html
diakses tanggal 4 mei 2013 yogyakarta