arsitektur

Saturday, November 18, 2017

Makalah akhlak dalam menuntut Ilmu



Makalah
AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU
D
I
S
U
U
N
OLEH :
MUHAMMAD AL AFIF
RIFAR MANANI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
TAHUN 2017







KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah Ilmu Akhlak dengan judul “AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU” Tidak lupa juga kami panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.
Di dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai kisah-kisah akhlak generasi terbaik  agar umat islam dapat meneladaninya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyakkekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dansaran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah pada waktu dan kesempatan berikutnya.










AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU
BAB I
PEMBAHASAN

1.1  Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan.

1.2  Ilmu dalam Islam
Islam adalah agama yang mengutamakan sebuah ilmu. Dalam islam diwajibkan untuk semua individu muslim untuk menuntut ilmu. Selain belajar ilmu-ilmu yang bermaktub Al-Qur’an dan sunnah seorang muslim juga dianjurkan untuk memplajari ilmu yang bersifat kejadian alam maupun yang lainnya, dan akan menghasilkan ilmu ilmu lain seperti ilmu astronomi, ilmu bumi, ilmu sosial. Selain itu dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa derajat orang yang berilmu sangat tinggi melebihi ‘abid (Ahli Ibadah).
Keutamaan disini dimaksudkan bahwa orang yang beribadah dengan ilmu dan orang yang beribadah tanpa tahu ilmunya akan berbeda nilainya dari segi pahala yang diperoleh. Allah beriman dalam surat Al-Maidah ayat 11:  yang artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman siantaramu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Setelah itu pada ayat ke 4-5 pada surat Al-Alaq: disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat, dapat pula diartikan dengan sarana dan usaha.
Dari ayat diatas kita dapat menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah SWT dalam mengajarkan manusia, pertama  melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh setiap manusia dan yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara ini dikenal dengan Ilmu ladunni.
Allah melengkapi menusia dengan pendengaran, penglihatan, akal dan hati. Jadi ilmu dapat diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan, kemudian diproses dalam pikiran, sedangkan hati untuk menimbang apakah ilmu itu dapat mendekatkan diri pada Allah atau bahkan menjauhkan.
Segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah dan petunjuk-petunjuk pada arah tersebut adalah terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, jika tidak maka ilmu akan menjadi penghalang  besar.
Jadi tujuan sebenarnya adalah bahwa ilmu itu untuk mendekatkan diri kepada Allah, contohnya melalui ilmu tentang bumi, bagaimana langit diciptakan membuat kita semakin menambah keimanan kita kepada Allah.
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai kholifah. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT membekali manusia dengan seperangkat potensi dalam diri, maksudnya berkemampuan menciptakan sesuatu yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya.
Fungsi asasi hidup manusia adalah kholifah(wakil) Allah diatas alam ini untuk menerjemahkan, menjabarkan sifat-sifat Allah yang maha tahu itu dalam batas kemanusiaan.

1.3  Hukum Menuntut Ilmu
Apabila kita memperhatikan isi Al-Qur’an dan sunnah, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas dan jauh dari kabut kejahilan maupun kebodohan.
Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“ Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari)
Dari hadist ini kita memperoleh perngertian bahwa islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan ‘aqaid dan ibadah, baik yang berhubungan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
Ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara’. Hukum perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalanya wajib kifayah. Sedangkan ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib ‘ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan aqidah yang wajib dipercaya oleh seluruh muslimin dan yang perlu diketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya seperti sholat, puasa, zakat, dan haji.

1.4  Dalil Tentang Menuntut Ilmu
Dalam Al-Qur’an banyak sekali  dalil tentang keutamaan menuntut ilmu ini menunjukan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat manusia sejak lahir sampai mati. “ Allah akan mengangkat orang-orang yang mempunyai ilmu diantara kamu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadallah:11)
Dari ayat diatas jelaslah bahwasannya orang yang memiliki ilmu derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berilmu. Kita sebagai kaum muslimin juga tahu bahwasannya manusia diangkat sebagai kholifah dimuka bumi ini dikarenakan pengetahuannya bukan  karena bentuk ataupun asal kejadiannya. Sementara itu dalam surat lain Allah berfirman “ Katakanlah : “ Samakah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu” (QS. Az-Zumar : 9) jelas menyuruh manusia untuk berfikir apakah kira-kira manusia yang berilmu dengan manusia yang tidak berilmu itu sama.
Dengan demikian jelaslah bahwa islam sangat memuliakan orang-orang yang berilmu bahkan menganggap orang yang berilmu itu sebagai penerus Rosul, apa yang disampaikannya akan menjadi penerangan jalan yang lurus, amalan orang yang berilmu sama dengan amalan jihad.
Hukum menuntut ilmu menjadi wajib, ketika mempelajarinya termasuk persiapan yang Allah perintahkan dalam firmannya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apasaja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang lain selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya, apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibatasi dengan cukup padamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (QS. Al-Anfaal : 60)

1.5  Keutamaan Menuntut Ilmu
Ilmu merupakan sandi terpenting dari hikmah. Sebab itu, Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata atau beramal. Firman Allah: “ Maka ketahuilah  bahwa sesungguhnya tidak ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki  dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad :19)
Ilmu sebelum berkata dan beramal. Sufyan bin Uyainah berkata: manusia paling bodoh adalah yang membiarkan kebodohannya, manusia paling pandai adalah yang mengandalkan ilmunya, sedangkan manusia paling utama adalah yang takut kepada Allah.
Ibnu Taimiyah membagi ilmu yang bermanfaat menjadi tiga bagian, yaitu:
·         Ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan lain-lain, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas.
·          Ilmu tentang persoalan-persoalan masalalu yang dikabarkan Allah; persoalan-persoalan masa kini, dan persoalan-persoalan masa mendatang, seperti yang dikabarkan dalam Al-Qur’an yaitu ayat tentang kisah-kisah, janji-janji, ancaman, surga, neraka, dan sebagainya.
·         Ilmu tentang perintah Allah yang berhubungan dengan hati dan anggota badan, seperti iman kepada Allah melalui pengenalan hati serta amaliah anggota badan. Pemahaman ini bersumber pada pengetahuan dasar-dasar iman dan kaidah-kaidah islam
Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang “Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama.” (HR Bukhori dan Muslim)
Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, “Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim)
Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu, “Sesungguhnya para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya.” (HR Ahmad dan Ibnu Majjah).

1.6  Menuntut Ilmu sebagai Ibadah
Dilihat dari segi ibadah, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi muhammad SAW bersabda yang artinya:
“ Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari kitab Allah (Al-Qur’an), maka pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun.”
Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah? Karena amal ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu akan sia-sialah amalahnnya.
Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menjelaskan dalam hadist yang artinya : “ Siapa saja yang beramal (melaksanaka amal ibadah) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima.”

1.7  Akhlak Muslim dalam Menuntut Ilmu
Allah SWT berfirman yang artinya :
 “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat.” (Al-Mujaadilah:11)
Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat. Ada sebuah pepatah arab mengatakan :
“Uthlubu al-’ilma min al-mahdi ila al-llahdi”
Artinya :
“tuntutlah ilmu dari buaiyan samapai keliang lahat.”
Allah swt menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu karena ilmu itu memang sangatlah penting seperti yang difirmankan allah swt pada ayat diatas dengan ilmu derajat kita akan terangkat baik dimata allah ataupun dimata manusia. Baik atau buruk nya sebuah ilmu bukan karena i8lmunya melainkan karena niat atau tujuan sipemilik ilmu, Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau dimiliki oleh orang jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau membelah ikan.
1.8  Akhlak yang Baik dalam Menuntut atau Mencari Ilm
Di bawah ini merupakan metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah :
a.    Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan.
b.    Selalu minta restu dan ridho orangtua.
c.    Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari suasana hati. Ingatlah… bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.
d.    Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.
e.    Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
f.     Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian hidup. Jikalau sudah memiliki ilmu maka kita diwajibkan untuk mengamalkannya karena ini merupakan sebuah syarat dari kesempurnaan kita dalam menuntut ilmu dan salah satu amalan yang tidak terputus sampai kita mati adalah ilmu yang bermanfaat.
Sebagai mana nabi kita Muhammad saw bersabda:
“Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim ).

1.9  Adab Menuntut Ilmu
A.    Murid kepada Guru
·         menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
·         tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
·         jujur dan setia bersama guru
·         bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru.
·         hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
·         tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
·         tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
·         berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
·         selalu berusaha menyenangkan hati guru
·         memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
·         berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
.           membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda   penghormatan kepada mereka
.         tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
·         tidak terbahak-bahak di depan guru
·         tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
·         selalu duduk dalam sikap sopan
·         berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru
Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata, “aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf “. Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.
Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, “Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu.” Subhanallah… begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.

B.     Adab Murid kepada Murid
·         menghormati dan memuliakan sesama murid dengan tulus dan ikhlas
·         hendaknya memberikan nasehat kepada sesama murid dengan kerendahan hati dan bebas dari kesombongan ( amar ma’ruf nahi munkar )
·         selalu berbaik sangka kepada sesama murid dan tidak mencari-cari keburukan mereka
·         tidak menyakiti hati sesama murid
·         hendaknya menerima permintaan maaf sesama murid apabila mereka memintanya
·         selalu membantu sesama murid dalam suka maupun duka.
·         bersikap rendah hati dan santun kepada sesama murid
·         tidak meminta menjadi pemimpin mereka, hanya menjadi sesama saudara dengan mereka.
·         Menghargai pendapat antara sesama murid yang mungkin terjadi.

C.    Adab Murid kepada Pelajaran.
·         niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar
·         diniatkan bahwa belajar ( menuntut ilmu ) itu untuk menghilangkan kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya
·         menghormati dan memuliakan buku pelajaran ( kitab ) dengan tulus dan ikhlas
·         menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran ( kitab )
·         meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di tempat yang baik dan terhormat
·         tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran ( ilmu )
·         membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan
·         selalu menulis atau mencatat pelajaran ( ilmu ) yang diperoleh
·         meneliti sumber dan isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
·         bersikap adil terhadap isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
·         menjauh kan sifat malu yang berlrbihan dalam menunut ilmu.

1.10          Deskripsi orang yang akan dimudahkan dalam menuntut ilmu
Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:
·         taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
·         tidak berbuat maksiat
·         memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
·         memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
·         memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
·         sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)

1.11          Akibat Tidak Lurusnya Niat dalam Menuntut Ilmu
Berikut ini akan saya paparkan beberapa hadits-hadits yang mengajak kita agar tetap menjaga orientasi keilmuan seorang muslim dan merawat keikhlasan niat dalam mencari ilmu.
·         Mendapatkan Tempat di Neraka
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang bodoh, atau berbangga di depan ulama, atau mencari perhatian manusia kepadanya, maka dia di neraka.” (HR. Ibnu Majah No. 253. At Tirmidzi No. 2654.)
Maksud nya : Dia berniat untuk mencari kekayaan, kedudukan, dan perhatian orang awam dan menjadikan mereka sebagai pelayan, atau supaya mereka memandang dirinya jika dia berbicara karena kagum kepadanya, dan jika dia duduk orang-orang mengelilinginya. (Hasyiaah As Sindi ‘Ala Ibni Majah)
·         Tidak Mendapatkan Harum Surga
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menuntut ilmu yang dengannya dia menginginkan wajah Allah, (tetapi) dia tidak mempelajarinya melainkan karena kekayaan dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harumnya surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud No. 3664) [3]
·         Tidak Mendapatkan Apapun di Akhirat
Dari Ubay bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
“Barangsiapa diantara mereka  beramal amalan akhirat dengan tujuan dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian apa-apa di akhirat.” (HR. Ahmad No. 20275. Ibnu Hibban No. 405)
·         Kursi di Neraka
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk selain Allah atau dia maksudkan dengannya selain Allah, maka disediakan baginya kursi di neraka.” (HR. At Tirmidzi No. 2655, katanya: hasan gharib)












DAFTAR PUSTAKA
Hadisaputra ihsan .1981.Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya . Surabaya ; Al – Ikhlas
http://putrariau02.blogspot.com/2013/04/akhlak-seorang-muslim-dalam-menuntut.html diakses tanggal 4 mei 2013 yogyakarta

PERAN ARSITEK DALAM MENANGGAPI RESIKO BENCANA DIPERKOTAAN

PERAN ARSITEK DALAM PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN TANGGAP BENCANA Oleh : Ardiansyah (150701015) Aceh merupakan salah satu provinsi di...